Selasa, 12 Juni 2012 |
0
komentar
Pengubah Dunia
Aristoteles
Aristoteles (bahasa yunani: ‘Apiototeans
Aristoteles), (384 SM 322 SM) adalah seorang filsuf yunani, murid dari Plato
dan guru dari Alexander yang Agung. Ia menulis berbagai subyek yang berbeda,
termasuk fisika, metafisika, puisi, logika, retorika, politik, pemerintahan,
etnis, biologi dan zoologi. Bersama dengan Socrates dan Plato, ia dianggap
menjadi seorang di antara tiga orang filsuf yang paling berpengaruh di
pemikiran Barat.
Masa muda
Aristoteles lahir di Stagira, kota di
wiliyah Chalcidice, Tharacia, Yunani (dahulunya termasuk wilayah Makedonia
tengah) tahun 384 SM. Ayahnya adalah tabib pribadi Raja Amyntas dari Makedonia.
Pada usia 17 tahun, Aristoteles bergabung menjadi murid Plato. Belakangan ia
meningkat menjadi guru di Akademi Plato di Athena selama 20 tahun. Pada masa
itu, ia sempat pula menjadi guru bagi Alexander dari Makedonia. Aristoteles
meninggalkan alkademi tersebut setelah Plato meninggal, tetapi ketika Alexander
berkuasa di tahun 336 SM, ia kembali ke Athena. Dengan dukungan dan bantuan
dari Alexander, ia kemudian mendirikan akademinya sendiri yang diberi nama
Lyceum, yang dipimpinnya sampai tahun 323 SM.
Kontribusi
dan karya
Filsafat Aristoteles berkembang pada
waktu ia memimpin Lyceum, yang mencakup enam karya tulisnya yang membahas
masalah logika, yang dianggap sebagai karya-karyanya yang paling penting,
selain Di bidang ilmu alam, ia merupakan orang pertama yang mengumpulkan dan
mengklasifikasikan spesies-spesies biologi secara sistematis. Karyanya ini
menggambarkan kecenderungan akan analisa kritis, dan pencarian terhadap hukum
alam dan keseimbangan pada alam. Plato menyatakan teori tentang bentuk-bentuk
ideal benda, sedangkan Aristoteles menjelaskan bahwa materi tidak mungkin tanpa
bentuk karena ia ada (eksis). Selanjutnnya ia menyatakan bahwa bentuk materi
yang sempurna, murni atau bentuk akhir, adalah apa yang dinyatakannya sebagai
theos, yaitu yang dalam pengertian Bahasa Yunani sekarang dianggap berarti
Tuhan.
Logika Aristoteles adalah suatu sistem
berpikir deduktif (deductive reasoning), yang bahkan sampai saat ini masih
dianggap sebagai dasar dari setiap pelajaran tentang logika formal. Meskipun
demikian, dalam penelitian ilmiahnya ia menyadari pula pentingnya observasi,
eksperimen dan berpikir induktif (inductive thinking).
Di bidang politik, Aristoteles percaya
bahwa bentuk politik yang ideal adalah gabungan dari bentuk demokrasi dan
monarki. Karena luasnya lingkup karya-karya dari Aristoteles, maka dapatlah ia
dianggap berkontribusi dengan skala ensiklopedis, dimana kontribusinya
melingkupi bidang-bidang yang sangat beragam sekali seperti fisika, astronomi,
biologi, psikologi, metafisika (misalnya studi tentang prinsip-prinsip awal
mula dan ide-ide dasar tentang alam), logika formal, etika, politik, dan bahkan
teori retorika dan puisi.
Pengaruh
Meskipun sebagian besar ilmu pengetahuan yang dikembangkannya terasa lebih
merupakan penjelasan dalam hal-hal yang masuk akal (common-sense explanation),
banyak teori-teorinya yang bertahan bahkan hampir dua ribu tahun lamanya. Hal
ini terjadi karena teori-teori tersebut karena dianggap masuk akal dan sesuai
dengan pemikiran masuk akal dan sesuai dengan pemikiran masyarakat pada
umumnya, meskipun kemudian ternyata bahwa teori-teori tersebut salah total
karena didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru. Misalnya teori Evolusi yang
dianut oleh Charles Darwin, yang telah terbantahkan berkat perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dapat dikatakan bahwa pemikiran
Aristoteles sangat berpengaruh pada pemikiran Barat dan pemikiran keagamaan lain pada umumnya. Penyelarasan
pemikiran Aristoteles dengan teologi Kristiani dilakukan oleh Santo Thomas
Aquinas di abad ke-13, dengan teologi Yahudi oleh Maimonides (1135 1204), dan dengan teologi Islam oleh Ibnu
Rusyid (1126 1198). Bagi manusia abad
pertengahan, Aristoteles tidaki saja dianggap sebagai sumber yang otoritatif
terhadap logika dan metafisika, melainkan juga dianggap sebagai sumber utama
dari ilmu pengetahuan, atau “the master of those who know”,
sebagaimana yang kemudian dikatakan oleh Dante Alighieri.
*************
0 komentar:
Posting Komentar