Asal Mula Daun Cawangi

DONGENG


(KEMANGI)
KARYA : La Dawan Piazza


            PADA zaman dahulu, di sebuah desa di pedalaman Sulawesi Selatan, hiduplah seorang gadis yang bernama I Cenne. Ia tinggal sebatang kara karena ditinggal ,mati oleh kedua orang tuanya. Hidupnya sehari-hari hanya mengolah tanah pertanian peninggalan orang tuanya selain mencari ranting-ranting pohon di hutan. Ranting-ranting pohon tersebut ia kumpulkan lalu diikat dan disimpan dengan baik di bawah kolom rumah panggungnya yang sudah mulai lapuk di makan usia.Sebagian kayu bakar itu di jual ke pasar untuk memenuhi keperluan sehari-hari.
            Dari hasil jerih payahnya mengumpulkan kayu bakar itu, maka ia mampu menghidupi dirinya sendiri tanpa meminta kepada orang lain. Apalagi dikampung  ini jarak antara rumah penduduk agak berjauhan. Jadi, untuk meminta pertolongan tetangga jika dia butuh sesuatu agak jauh, maka pintar-pintarnya I Cenna untuk mengatur kebutuhan hidupnya.
            Untuk menghilangkan kejenuhan akibat tinggal sendiri, maka I Cenna pun menyibukkan diri dengan menenung sarung sutra atau lipa sabbe khas Sulawesi selatan.Hasil tenunan itu juga di jual di pasar untuk memenuhi kebutuhannya.
            Suatu hari I Cenna pagi-pagi sekali berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar. Pada saat lagi asyik-asyiknya memungut ranting-ranting pohon tiba-tiba tercium aroma harum semerbak dari balik semak-semak.’’ada apa gerangan ini,di dalam hutan yang sepi ini tercium aroma wangi?’’ I Cenna berbisik sendiri.’’jangan-jangan ada orang yang mengikuti aku,’’kata I Cenna.
            Tanpa pikir panjang lagi ia menghampiri semak-semak  yang tercium aroma wangi wangian. Alangkah kagetnya  I Cenna karena tak ada orang dari balik semak semak itu,yang terlihat hanya sebatang  tumbuhan berdaun kecil. Karena penasaran , I Cenna memetik daun dari pohon aneh yang belum pernah dilihatnya selama ini.Daun yang dipetik didekatkan di hidungnya selama ini.Daun yang dipetik didekatkan di hidungnya. I Cenna berkata,”Cah…..Wanginnaiye daungnge !” (Cah… wanginya daun ini !), maka dicabutlah akar tanaman wangi itu utnuk ditanam di halaman rumahnya. Ia merawat tanaman baru itu sehingga berkembang biak menjadi banyak. Tanaman ini dikonsumsi sendiri oleh I Cenna sebagai campuran sambal cabe tanpa diketahui oleh tetangga.
            Setiap hari I Cenna mengonsumsi tanaman ini sehingga membuat aroma badannya harum mewangi dan wajahnya tampak cantik, padahal Selama ini I Cenna hanya gadis desa biasa dengan penampilan dekil dan bau panas matahari selalu melekat di tubuhnya setiap pulang kerja dari ladang.Sejak mengonsumsi tanaman harum itu, bau badan I Cenna tercium aroma semerbak walaupun ia kerja disawah seharian dengan keringat bercucuran.
            Warga desa pun terkejut melihat penampilan I Cenna yang lain daripada biasanya, sehingga pemuda-pemuda di desa itu menaruh hati kepada I Cenna. Ia menjadi rebutan pemuda desa karena terpesona dengan bau badan dan kecantikannya, sehingga membuat iri gadis desa lainnya ‘’Makai pelet apa ya I Cenna,sehingga bisa cantik dan wangi seperti itu?’’ gossip gadis-gadis desa yang kalah bersaing dengan I Cenna dalam memperebutkan pemuda desa.
            I sakka dan dua orang temannya I Minnong dan I santi yang merasa iri sama penampilan I Cenna ingin mencari tahu jampi pelet apa yang dipakai oleh I Cenna, maka tengah malam mereka bertiga mengendap-endap di bawah kolom rumah I Cenna. Namun, mereka tidak menemukan apa-apa kecualu tercim bau harum di seluruh penjuru rumah.
            “Bau apa ini ?” kata I Sakka,
            “Nda tahu ini bau apa,”jawab I santi,
            “Jangan-jangan bau ini berasal dari pekarangan rumah belakang,”Kata I Minnong.
            “Ayo kita lihat ada apa di belakang sana,”ajak I Sakka.
            Sesampainya di pekarangan belakang dilihatnya tanaman berdaun kecil yang mengeluarkan aroma harum itu berjejer rapi di belakang rumah I Cenna, jangan-jangan tanaman ini yang menjadi pelet I Cenna. Di ciumnya serantak ketiga gadis itu berkata, “Cah…wanginna iye daunnge!”(Cah…wanginya daun ini).”Bagaimana kalau kita bakar saja tanaman ini biar I Cenna tidak wangi lagi,”ajak I Sakka. Maka di bakarlah tanaman harum itu hingga mati dan tak tersisa sedikit pun ia biarkan hidup.
            Keesokan harinya, I Cenna bangun pagi dan hendak menyiram tanaman harum yang ia tanam di belakang rumah. Alangkah terkejutnya I Cenna karena menemukan tanaman kesayangannya mati durusak orang.
            “Ya Allah, siapa yang melakukan perbuatan terkutuk ini hingga semua tanamanku mati,”kata I Cenna emosi. Setelah melihat tanamannya mati I Cenna pun bersedih dan menangis sejadi-jadinya.”Tega benar orang yang merusak tanamanku ini,”kata I Cenna sambil terisak-isak. Hampir seminggu I Cenna tidak keluar bekerja ke ladang dan ke hutan mencari kayu bakar karena kejadian ini.
            Suatu hari I Cenna sudah kembali bekerja dan seperti biasa ia ke pasar untuk menjual kayu bakar, tapi tiba-tiba di tengah perjalanan dekat tebing curam ia berpapasan dengan tiga gadois yang beberapa hari lalu merusak tanamannya.
            “Ce…ce…gadis cantik lewat sepertinya peletnya sudah nda ampuh lagi. Soalnya tubuhnya nda wangi lagi,” ledek I Sakka yang sangat membenci I Cenna.
            ”Apa pedulinya kalian sama aku!” bentak I Cenna menahan emosi.
            “Nda ada sih, Cuma sayang aja pelet yang kamu pakai buat ngegaet cowok-cowok di desa ini kayaknya sudah nda manjur lagi. Soalnya tanaman peletnya sudah mati,sih!” ledek I Minnong.
            “Oh…. rupanya kalian ya, pelakunya yang merusak tanamanku tempo hari,”kata I Cenna emosi.”Kalau iya emang kenapa,”jawab I santi.
            “Memangnya saya pernah menyakiti kalian sehingga merusak tanamanku,”kata I Cenna.”Kamu memang menyakiti kami, berkat kecantikan dan aroma wangi tubuhmu cowok-cowok di desa ini sudah tidak ada lagi yang mau sama kami,”kata I Sakka.
            “Jadi, kalian cemburu, ya karena kalian tidak laku-laku,”kata I Cenna.
            “Enak saja, bilang kami tidak laku-laku, sorry-sorry layau,”kata I Sakka sambil mendorong tubuh I Cenna.
            I Cenna pun mengelak dan menangkis dorongan I Sakka
            “Ayo! Siapa takut,”tantang I Cenna. Mereka pun berantem dan ia di keroyok oleh tiga gadis itu.Mereka saling tarik rambut hingga I Cenna terdesak. Tubuhnya terempas kemudian terjatuh ke dalam jurang karena didorong keras oleh I Sakka.
            Mengetahui I Cenna tewas karena terjatuh ke dalam jurang, maka ketiga gadis itupun merasa panik dan bermaksud menghilangkan jejak.
            “Gimana, ia tewas terjatuh ke jurang.”kata I Santi.
            “Gara-gara kamu yang dorong dia masuk ke jurang.”kata I Minnong menyalahkan I Sakka.
            “Oh, jadi kamu salahkan aku,kita bertiga ikut terlibat tahu.” Kata I Sakka membela diri.
            “Alaah, nda usah bertengkar. Kita tinggalkan aja tempat ini agar nda dicurigai warga desa bahwa kita yangtelah membunuh I Cenna.’lerai I Santi.
            Mereka pun pergi meninggalkan tempat I Cenna terjatuh ke jurang.
            Dua hari kemudian jazad I Cenna ditemukan oleh seorang wanita yang kebetulan lewat di dasar jurang sepulang dari mencari kayu bakar dihutan. Ia penasaran dengan aroma bau bangkai yang tercium di sekitar lokasi mayat I Cenna.
            “Astaga, ada mayat.” Teriak wanita itu panik. Ia pun berlari memberi tahu warga desa bahwa ia telah menemukan mayat.
            “Pak! Pak! A…a…ada mayat, pak di dasar jurang sana,” teriak wanita itu tergagap-gagap pada sekelompok warga desa. Mendengar teriakan wanita itu,warga desa pun saling berlarian menuju lokasi penemuan mayat didasar jurang.
            “Astagafirullah! Ini I Cenna yang tinggal dipinggiran hutan sana,” teriak salah satu warga yang kebetulan mengenal I Cenna.”Mari bapak-bapak dan ibu-ibu kita kuburkan mayat wanita ini secara gotong royong,” ajak salah seorang tokoh adat didesa itu. Warga desa menggotong mayat I Cenna beramai-ramai dan menguburkannya secara islami di perkuburan desa. Setelah I Cenna dikuburkan, keajaiban terjadi di makamnya,karena hampir setiap malam tercium aroma harum semerbak keluar dari makamnya.
            Konon, tanaman harum itu muncul dan tumbuh subur di makam I Cenna yang mengeluarkan aroma wewangian. Warga desa yang kebetuloan lewat di pemakamannya itu selalu menyempatkan diri memetik daun itu dan menciumnya, kemudian berkata “Cah… wanginnalyedaungnge!”(Cah,wanginya daun ini).
            Dari kata-kata itulah maka tanaman kecil tersebut dinamakan daun cawangi oleh penduduk desa atau daun cemangi yang di ucapkan menurut  dialek Bahasa Bugis;singkatan dari kata Cenna Memang Wangi. Setelah itu nama daun cemangi diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia menjadi daun kemangi.

**************
Pangkajene, Sidrap, Sulsel, 2011

Saya Mengintai Kamu !!

Search Engine !

Cari Blog Ini

Translate

Diberdayakan oleh Blogger.

Entri Populer

Followers