Selasa, 12 Juni 2012 |
0
komentar
Pengubah Dunia
Galileo Galilei
Penemu Teleskop
Lahir 15 februari 1564
Pisa, Tuscany-Italy
Wafat 8
Januari 1642
(umur 77 tahun)
Arcetri, Tuscany-Italy
Tempat tinggal Grand
Duchy of Tuscany
Bidang Astronomi,
Physics
and Mathematics
Alma Mater University
of Pisa
Kinematics
Dikenal atas Telescope
Solar
System
Agama Roman Catholic
Galileo
galilei
(15 Februari 1564- 8 Januari 1642)
adalah seorang astronom, silsuf, dan fisikawan Italia yang memiliki peran besar
dalam revolusi ilmiah. Ia diajukan ke pengadilan gereja Italia pada 22 Juni
1633. Pemikirannya tentang matahari sebagi pusat tata surya bertentangan dengan keyakinan gereja bahwa bumi adalah
pusat alam semesta. Ia divonis dengan hukuman mati.
Karya-karyanya antara lain adalah
penyempurnaa teleskop, berbagai observasi astronomi, dan hukum gerak pertama
dan kedua. Selain itu, Galileo juga dikenal sebagai seorang pendukung
Copernicus.
Menurut Stephen Hawking, Galileo
kemungkinan besar adalah penyumbang terbesar bagi dunia sains modern. Ia juga
sering disebut-sebut sebagai “bapak
astronomi modern”, “bapak fisika modern”, dan “bapak sains”. Hasil usahanya bisa dikatakan
sebagai terobosan besar dari Aristoteles. Konfliknya dengan Gereja Katolik Roma
adalah sebuah contoh awal konflik antara otoritas agama dengan kebebasan
berpikir (terutama dalam sains) pada masyrakat Barat.
Biografi
Galileo
Galilei dilahirkan di Pisa, Tuscany pada tanggal 15 februari 1564 sebagai anak
pertama dari Vincenzo Galilei, seorang metematikawan dan musisi asal Florence,
dan Giulia Ammannati. Ia sudah dididik sejak masa kecil. Kemudian, ia belajar
di Universitas Pisa namun terhenti karena masalah keuangan. Untungnya, ia
ditawari jabatan di sana pada tahun 1589 untuk mengajar matematika. Selain itu,
ia pindah ke Universitas Padua untuk mengajar geometri, mekanika, dan astronomi
sampai tahun 1610. Pada masa-masa itu, ia sudah mendalami sains dan membuat berbagai penemuan.
Pada
tahun 1612, Galileo pergi ke Roma dan bergabung dengan Accademia dei Lincei
untuk mengamati bintik matahari. Di tahun itu juga , muncul penolakan terhadap
teori Copernicus, teori yang di dukung
oleh Galileo. Pada tahun 1914, dari Santa Maria Novella. Tommaso Caccini
mengecam pendapat Galileo tentang pergerakan bumi, memberikan anggapan bahwa teori
itu sesat dan berbahaya. Galileo sendri pergi ke Roma untuk mempertahankan
dirinya. Pada tahun 1616, Kardinal Roberto Bellarmino menyerahkan pemberitahuan
yang melarangnya mendukung maupun mengajarkan teori Copernicus.
Galileo menulis Saggiatore di tahun
1622, yang kemudian di terbitkan pada tahun 1623. pada tahun 1624,ia
mengembangkan salah satu mikroskop awal. Pada tahun 1630, ia kembali ke Roma
untuk membuat izin mencetak buku Dialogo sopra i bdue massimi sistemi del mondo
yang kemudian diterbitkan di Florence pada tahun 1032. Namun, di tahun itu
pula, gereja katolik menjatuhkan vonis bahwa Galileo harus ditahan di Siena.
Di bulan Desember 1633, ia
diperbolehkan pensiun ke vilanya di Arcetri. Buku terakhirnya, Discorsi e
dimistrazioni matematiche, intorno a due nouve scienze diterbitkan di Leiden
pada 1638. Di saat itu, Galileo hampir buta total. Pada tanggal 8 Januari 1642,
Galileo wafat di Arcetri saat di temani oleh Vincenzo Viviani, saLah seorang
muridnya.
Astronomi
Tidak seperti yanng dipercaya
sebagian orang, Galileo tidak menciptakan teleskop tapi ia telah menyempurnakan
alat tersebut. Ia menjadi orang pertama yang memakainya untuk mengamati langit,
dan untuk beberapa waktu, ia adalah satu dari sedikit orang yang bisa membuat
teleskop sebagus itu. Awalnya, ia membuat teleskop hanya berdasarkan deskripsi
tentang alat yang dibuat di Belanda pada 1608. Ia membuat sebuah teleskop
dengan perbesaran 3x dan kemudian membuat model-model baru yang bisa mencapai
32x. Pada 25 Agustus 1609, mendemonstrasikan teleskop pada pembuat hukum dari Venesia. Selain itu, hasil
kerjanya juga membuahkan hasil lain karena ada pedang-pedagang yang
memanfaatkan teleskopnya untuk keperluan
pelayaran. Pengamat astronominya pertama
kali diterbitkan di bulan Maret 1610, berjudul Sidereus Nuncius.
Galileo
menemukan tiga satelit alami Jupiter –Io, Europa, dan Callisto- pada 7 Januari
1610. Empat malam kemudian, ia menemukan Ganymede. Ia juga menemukan bahwa
bulan-bulan tersebut muncul dan menghilang, gejala yang ia perkirakan berasal
dari pergerakan benda-benda tersebut terhadap Jupiter, sehingga ia menyumpilkan
bahwa keempat benda tersebut mengorbit planet.
Galileo adalah salah satu orang
Eropa pertama yang mengamati bintik matahari, diperkirakan astronom Tionghoa
sudah mengamatinya sejak lama. Selain itu, Galileo juga adalah orang pertama
yang melaporkan adanya gunung dan lembah di bulan, kesimpulan yang diambil
melihat dari pola bayangan yang ada di permukaan. Ia kemudian memberi
kesimpulan bahwa bulan itu “kasar dan tidak
rata, seperti permukaan bumi sendiri”, tidak seperti anggapan
Aristoteles yang menyatakan bulan adalah bola sempurna.
Galileo juga mengamati planet
Neptunus pada 1612 namun ia tidak menyadarinya sebagai planet. Pada buku
catatannya, Neptunus tercatat hanya sebagai sebuah bintang yang redup.
*************
Biografi
Profesor Abdus Salam – Fisikawan Muslim
Prof. Abdus Salam dilahirkan pada
tanggal 29 Januari 1926 di Jhang, sebuah kota kecil di Pakistan, pada tahun
1926. Ia merupakan fisikawan muslim terbaik abad 21. Ayahnya ialah pegawai
dalam Dinas Pendidikan dalam daerah pertanian. Kelurga Abdus Salam mempunyai
tradisi pembelajaran dan alim. Hanya sayangnya, ia memasuki Jamaah Muslim
Ahmadiyyah dari Qadian, yang mempercayai kedatangan kedua dari Almasih, Nabi
Isa yang kedua kalinya yang dijanjikan, Imam Mahdi, begitu juga sebagai
Mujaddid pada abad ke 14 H dalam Kalender Islam dalam wujud Mirza Ghulam Ahmad,
sehingga aliran ini dianggap sebagai minoritas non-Muslim di Pakistan.
Akibatnya, sampai saat meninggalnya pada 1996, ia tidak pernah diberi penghargaan
resmi oleh pemerintah Pakistan.
Dalam
usia sangat muda (22 tahun) Salam meraih doktor fisika teori dengan predikat
summa cumlaude di University of Cambridge, sekaligus meraih Profesor fisika di
Universitas Punjab, Lahore. Khusus untuk pelajaran matematika ia bahkan meraih
nilai rata-rata 10 di St.John’s College, Cambridge. Salam adalah satu dari
empat muslim yang pernah meraih Hadiah Nobel. Tiga lainnya adalah Presiden
Mesir Anwar Sadat (Nobel Perdamaian 1978), Naguib Mahfoud (Nobel Sastra 1988),
Presiden Palestina Yasser Arafat (bersama dua rekannya dari Israel, Nobel
Perdamaian 1995).
Penerima
gelar Doktor Sains Honoris Causa dari 39 universitas/lembaga ilmiah dari
seluruh dunia ini, yang sekali waktu pernah menyebut dirinya sebagai penerus
ilmuwan muslim seribu tahun yang silam, telah menyatakan dengan tegas: harga
diri suatu umat kini tergantung pada penciptaan prestasi ilmiah dan teknologis.
Harga diri itu, seperti yang telah dibuktikan oleh Salam sendiri bukan saja
dapat mengangkat suatu masyarakat sejajar dengan masyarakat lain. Gerakan dan
keikutsertaan mencipta sains teknologi akan memberikan kontribusi pada
peningkatan harkat seluruh umat manusia, tanpa melihat agama dan asal-usul
kebangsaannya. Itulah rahmatan lil alaamin.
Abdus
Salam adalah fisikawan muslim yang paling menonjol abad ini. Dia termasuk orang
pertama yang mengubah pandangan parsialisme para fisikawan dalam melihat kelima
gaya dasar yang berperan di alam ini. Yaitu, gaya listrik, gaya magnet, gaya
gravitasi, gaya kuat yang menahan proton dan neutron tetap berdekatan dalam
inti, serta gaya lemah yang antara lain bertanggung jawab terhadap lambatnya
reaksi peluruhan inti radioaktif. Selama berabad-abad kelima gaya itu dipahami
secara terpisah menurut kerangka dalil dan postulatnya yang berbeda-beda.
Adanya
kesatuan dalam interaksi gaya-gaya dirumuskan oleh trio Abdus Salam-Sheldon Lee
Glashow-Steven Weinberg dalam teori “Unifying the Forces”. Menurut teori yang
diumumkan 1967 itu, arus lemah dalam inti atom diageni oleh tiga partikel yang
masing-masing memancarkan arus atau gaya kuat. Dua belas tahun kemudian hukum
itulah yang melahirkan Nobel Fisika 1979.
Eksistensi
tiga partikel itu telah dibuktikan secara eksperimen tahun 1983 oleh tim riset
yang dipimpin Carlo Rubia direktur CERN (Cetre Europeen de Recherche Nucleaire)
di Jenewa, Swiss. Ternyata, rintisan Salam itukemudian mengilhami para
fisikawan lain ketika mengembangkan teori-teori kosmologi mutakhir seperti
Grand Theory (GT) yang dicanangkan ilmuwan AS dan Theory of Everything-nya
Stephen Hawking. Melalui dua teori itulah, para fisikawan dan kosmolog dunia
kini berambisi untuk menjelaskan rahasia penciptaan alam semesta dalam satu
teori tunggal yang utuh. Karena kecerdasannya yang luar biasa, Salam pernah
dipanggil pulang oleh Pemerintah Pakistan. Selama sebelas tahun sejak 1963 dia
menjadi penasihat Presiden Pakistan Ayub Khan khusus untuk menangani
pengembangan iptek di negaranya. Ia mengundurkan diri dari posisinya di
pemerintah ketika Zulfiqar Ali Bhutto naik menjadi PM Pakistan. Profesor Salaam
tak bisa menerima perlakuan Ali Bhutto yang mengeluarkan Undang-Undang
minoritas non Muslim terhadap Jemaat Ahmadiyah- komunitas Islam tempat dirinya
lahir dan dibesarkan.
Tak
ada dendam yang sanggup melahirkan perasaan Permusuhan Salam pada Negerinya
Pakistan. Ia memilih pergi dengan damai untuk menyebarkan Ilmu Pengetahuan bagi
Dunia dan seluruh Umat Manusia. Itu dibuktikannya dengan sebagian besar usianya
dihabiskan sebagai guru besar fisika di Imperial College of Science and
Technology, London, dari 1957-1993. Sejak 1964 ia menjadi peneliti senior di
International Centre for Theoretical Physics (ICTP) di Trieste, Italia,
sekaligus menjadi direkturnya selama 30 tahun.
Hingga
akhir hayatnya, putra terbaik Pakistan itu mendapat tak kurang dari 39 gelar
doktor honoris causa. Antara lain dari Universitas Edinburgh (1971),
Universitas Trieste (1979), Universitas Islamabad (1979), dan universitas
bergengsi di Peru, India, Polandia, Yordania, Venezuela, Turki, Filipina, Cina,
Swedia, Belgia dan Rusia. Ia juga menjadi anggota dan anggota kehormatan
Akademi Ilmu Pengetahuan Nasional 35 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika.
Abdus
Salam tergolong duta Islam yang baik. Sebagai contoh, dalam pidato
penganugerahan Nobel Fisika di Karolinska Institute, Swedia, Abdus Salam
mengawalinya dengan ucapan basmalah. Di situ ia mengaku bahwa riset itu
didasari oleh keyakinan terhadap kalimah tauhid. “Saya berharap Unifying the
Forces dapat memberi landasan ilmiah terhadap keyakinan adanya Tuhan Yang Maha
Esa,” kata penulis 250 makalah ilmiah fisika partikel itu.
Prof.Abdus Salam, wafat Kamis 21 Nov
1996 di Oxford, Inggris, dalam usia 70 tahun dan meninggalkan seorang istri
serta enam anak (dua laki-laki dan empat perempuan). Salam sudah berangkat
menuju Yang Maha Esa di usia 70 tahun. Ia dimakamkan di tanah air yang teramat
sangat dicintainya,dikota Rabwah- Pakistan. Kita yang ditinggalkannya kini
hanya dapat bertanya, benarkah kita juga punya rasa harga diri religius,
seperti rasa harga diri yang menggerakkan tokoh yang teramat dihormati oleh
komunitas sains internasional ini? Yang pasti, penerima gelar Doktor Sains
Honoris Causa dari 39 universitas/lembaga ilmiah dari seluruh dunia ini, yang
sekali waktu pernah menyebut dirinya sebagai penerus ilmuwan muslim seribu
tahun yang silam, telah menyatakan dengan tegas: harga diri suatu umat kini
tergantung pada penciptaan prestasi ilmiah dan teknologis.
Referensi :
http://kolom-biografi.blogspot.com/2012/03/biografi-professor-abdus-salam.html http://islamireligius.blogspot.com/2009/11/dunia-merugi-karena-abdus-salam-hanya.html
******************
Biografi
Georges Cuvier – Ahli Biologi
Penentang Teori Evolusi
Georges Leopold Cuvier lahir tanggal 23 Agustus 1769 di kota kecil Montbeliard yang
berbahasa Prancis di daerah Wurttemberg, tidak jauh dari Prancis. Dia adalah
putra kedua dari tiga bersaudara. Ayahnya perwira di ketentaraan dan
keluarganya adalah penganut agama Kristen Lutheran yang sangat taat. Abangnya meninggal
tak lama sesudah dia lahir. Georges mula-mula dididik di rumah oleh ibunya.
Minatnya terhadap zoologi dan botani telah tampak sejak dini. Pendidikan dasar
ditempuhnya di Montbeliard.
Dari
tahun 1784 sampai 1788 dia melanjutkan pendidikannya di Akademi Caroline di
Stuttgart, sekolah yang didirikan oleh Bangsawan Wurttemberg untuk mendidlk
anak-anak muda yang kelak mengisi jabatan administratif dalam pemerintahan. Ia
antara lain mempelajari zoologi dan botani. Karena tidak ada lowongan
administratif di jawatan sang bangsawan ketika Cuvier lulus, dia pergi ke
Prancis dan menjadi tutor dalam sebuah keluarga bangsawan beragama Protestan di
Normandi. Kemudian dia bekerja sebagai pegawai pemerintah di sebuah kota kecil.
Selama tujuh tahun di Normandi, Cuvier memanfaatkan waktu senggangnya untuk
mempelajari tanaman dan hewan lokal, terutama hewan invertebrata di sepanjang
pesisir.
Tahun
1795, Cuvier bertemu dengan A.H. Tessier, seorang ahli pertanian. Tessier
mengakui kemampuan Cuvier dan mengusulkan dia menjadi asisten guru besar dalam
bidang anatomi perbandingan di Museum Nasional Sejarah Alam di Paris. Anatomi
perbandingan meliputi kajian bagian-bagian badan hewan dan manusia serta
fungsinya, persamaan dan perbedaannya. Sumbangan ilmiah besar yang diberikan
Cuvier adalah bahwa dia "telah memantapkan ilmu anatomi perbandingan dan
paleontologi." (Paleontologi adalah ilmu yang mempelajari fosil hewan,
manusia, dan tumbuhan.) Dia juga memberikan sumbangan berarti untuk proses
penggolongan hewan dan tumbuhan.
Selama
masa awal Cuvier di Museum Sejarah Alam, dia bekerja sama dengan Profesor
Etienne Geoffroy Saint-Hilaire. Segera tampak bahwa pandangan Cuvier mengenai
dunia hewan berbeda jauh dengan pandangan Geoffroy dan pakar biologi Prancis
lain yang terkenal, Jean-Baptiste de Lamarck.
Cuvier
"beranggapan bahwa ciri-ciri anatomi yang membedakan kelompok hewan,
membuktikan bahwa spesies tidak pernah berubah sejak masa kejadian. Setiap
spesies begitu sempurna terkoordinasi, baik secara fungsi maupun secara struktur,
sehingga tidak mungkin bisa bertahan menghadapi perubahan yang berarti."
Maksudnya, Cuvier percaya bahwa hewan-hewan diciptakan dalam kelompok yang
berbeda dan tetap, seperti dikatakan oleh Alkitab, meskipun sekarang kita tahu
bahwa "spesies" tidak harus diartikan persis sama dengan
"jenis" makhluk yang disebutkan dalam Kitab Kejadian.
Sebaliknya,
"baik Lamarck maupun Geoffroy Saint-Hilaire mendukung gagasan bahwa semua
hewan bisa disusun dalam "sebuah rantai besar makhluk" dari yang
paling sederhana sampai yang paling rumit." Lebih lanjut, mereka juga
percaya bahwa dengan berlalunya waktu, satu spesies bisa secara bertahap
berevolusi menjadi spesies yang lebih tinggi. Lamarck mengatakan bahwa
mekanisme yang memungkinkan terjadinya perubahan ini adalah "dipakai
tidaknya berbagai anggota tubuh hewan." Lamarck juga percaya bahwa dalam
dokumen fosil terdapat cikal-bakal hewan-hewan modern.
Dalam
perdebatan panjang tersebut, argumentasi paling kuat yang diajukan Cuvier
adalah bahwa Lamarck tidak bisa membuktikan adanya transformasi spesies.
Sedangkan Cuvier bisa menunjukkannya dari bukti-bukti yang dibawa kembali ke
Prancis oleh tentara Napoleon. Bukti-bukti itu memperlihatkan bahwa hewan
peliharaan tidak berubah sejak zaman Mesir kuno. Dia juga menunjukkan bahwa
lenyapnya berbagai jenis hewan adalah karena hewan tersebut punah, bukan karena
berubah menjadi spesies baru."
Cuvier
dengan tepat menunjukkan bahwa dokumen fosil justru menentang evolusi, tidak
mendukungnya. Dia mengatakan bahwa "jika spesies memang berubah secara
bertahap, kita seharusnya bisa menemukan jejak perubahan itu; antara (fosil)
paleotherium dan spesies yang ada sekarang seharusnya ada bentuk antara: tapi
ini tidak pernah ada." Hingga sekarang hal ini masih belum terbantah,
meskipun berjuta-juta fosil baru telah ditemukan sejak zaman Cuvier.
(Gagasan
bahwa satu spesies berevolusi menjadi spesies lain sudah ada sejak masa Yunani
kuno. Ketika Charles Darwin memopulerkan gagasan evolusi, bertahun-tahun
setelah perdebatan antara Cuvier dan lawan-lawannya, dia hanya mengisyaratkan
suatu mekanisme baru, yakni seleksi alam sebagai pembenaran gagasan evolusi.)
Cuvier
dan Lamarck juga tidak sepaham mengenai bagaimana kehidupan dimulai. Lamarck
percaya adanya pemunculan spontan, yaitu bahwa kehidupan bisa berasal dari
benda tak bernyawa. Namun, Cuvier menunjukkan bahwa "kehidupan selalu
berasal dari kehidupan. Kita melihat kehidupan dialihkan tapi tidak pernah
diciptakan." Sampai hari ini, tidak pernah ditemukan adanya kehidupan yang
berasal dari yang non-hidup. Meskipun begitu, kaum evolusionis bersikukuh bahwa
hal ini pasti pernah terjadi pada suatu saat.
Anatomi
perbandingan tidak membuktikan adanya hewan yang sedang dalam proses
transformasi menjadi spesies lain, melainkan menunjukkan bahwa berbagai jenis
hewan memiliki struktur yang serupa. Kaum evolusionis seringkali menyatakan,
ini membenarkan keyakinan mereka bahwa satu jenis hewan bisa berubah menjadi
hewan lain. Tapi masuk akal juga bahwa kesamaan ini disebabkan karena Pencipta
yang sama merancang dan menggunakan pola yang sama untuk fungsi yang sama pada
jenis hewan yang berbeda. Cuvier sendiri menolak gagasan keserupaan struktur
tulang sebagai dasar pembenaran evolusi.
Dalam
mempelajari anatomi berbagai hewan, para ilmuwan kadang menemukan organ yang
fungsinya tidak diketahui. Organ semacam ini dikenal sebagai "organ
vestigial". Kaum evolusionis mengasumsikan bahwa organ-organ ini adalah
sisa dari organ yang dulu berguna bagi nenek-moyang makhluk yang berevolusi.
Meskipun
Curier mengakui bahwa "organ vestigial ada dan karena itu harus
dipelajari," dia tidak menganggap hal itu penting, karena dua alasan.
Pertama, pada masa Cuvier tidak banyak ditemukan organ yang tidak jelas
fungsinya. Kedua, Cuvier menganggap organ-organ itu sebagai "bagian
penting dari Penciptaan, dan oleh karena itu keberadaannya pasti mempunyai
alasan, sekalipun kita tetap tidak tahu." Cuvier yakin bahwa organ yang
disebut "vestigial" bukanlah sisa-sisa evolusi yang tak ada
manfaatnya, melainkan organ berguna yang masih belum diketahui fungsinya.
Temuan
ilmiah akhir-akhir ini membenarkan keyakinan Cuvier mengenai kegunaan
organ-organ tersebut. Misalnya, ujung tulang belakang manusia (sering disebut
sebagai tulang ekor) dulu dianggap sebagai sisa (yang tidak berguna) dari ekor
monyet yang dianggap Sebagai nenek-moyang kita. Sekarang diketahui bahwa tulang
itu adalah titik kaitan penting bagi otot-otot penopang tubuh dan isi perut
kita. Contoh lain adalah amandel, yang dulu dianggap tidak berguna dan biasanya
dibuang jika mengalami peradangan. Sekarang diketahui bahwa "amandel
adalah alat penting untuk melawan penyakit. Seratus delapan puluh organ lain
yang dulu dianggap tidak berguna dan hanya sebagai sisa evolusi saja, sekarang
diketahui mempunyai fungsi penting."
Dalam
era penjelajahan dunia yang terus-menerus menghasilkan temuan tanaman dan hewan
baru, dibutuhkan pemutakhiran dan peningkatan atas sistem penggolongan yang
dikembangkan oleh pakar biologi Carl Linnaeus. Sampai sekarang masih dipakai
pendekatan dasar Linnaeus yang menggunakan sistem bercabang serta penggolongan
tanaman dan hewan menjadi kategori dan subkategori menurut fungsi bagian
tubuhnya. Sistem penamaannya yang terdiri atas dua bagian juga masih dipakai
sampai sekarang.
Cuvier
"memperluas dan menyempurnakan sistem penggolongan Linnaeus dengan
mengelompokkan kelas-kelas yang berkaitan menjadi kelompok yang lebih besar,
disebut phyla." (Dalam sistem Linnaeus, kelas adalah kelompok terbesar.)
Alih-alih menggolongkan hewan menurut struktur luarnya seperti yang dilakukan
Linnaeus, Cuvier menggolongkannya menurut struktur dalamnya karena ini
merupakan indikator yang lebih baik mengenai persamaan dan perbedaan mereka
secara umum.
Langkah
pertama yang ditempuh adalah mengategorikan hewan menurut struktur sistem
sarafnya, kemudian menempatkan mereka dalam sub-kategori menurut fungsi sistem
lainnya. "Sistem penggolongan baru ini serta karya-karya lainnya yang
sangat luas dan lengkap, yang didasarkan atas sistem tersebut, sangat membantu
para pakar pada zamannya untuk mengerti dan mennahami semua informasi baru
mengenai hewan." Lebih lanjut, "sejak itu, asas Cuvier menjadi acuan
bagi para pakar biologi dalam melakukan penggolongan" meskipun sistemnya
telah mengalami banyak perubahan.
Dengan
memasukkan hewan yang telah menjadi fosil ke dalam sistem penggolongannya,
Cuvier menempatkan palaeontologi (kajian tentang fosil) di atas dasar ilmiah
yang kukuh. Membandingkan fosil hewan yang sudah punah dengan struktur hewan
yang masih hidup memungkinkan Cuvier menentukan kemungkinan fungsi bagian tubuh
hewan-hewan yang telah menjadi fosil. Kemudian dia bisa menempatkan hewan-hewan
tersebut ke dalam struktur penggolongan hewan-hewan yang masih hidup. (Salah
satu fosil hewan yang paling menarik yang diidentifikasi Cuvier adalah reptil
terbang yang disebutnya "pterodaktil".)
Referensi :
Referensi :
*************
0 komentar:
Posting Komentar