Selasa, 29 Mei 2012 |
3
komentar
DONGENG
PADA zaman dahulu, di sebuah desa di pedalaman
Sulawesi Selatan, hiduplah seorang gadis yang bernama I Cenne. Ia tinggal
sebatang kara karena ditinggal ,mati oleh kedua orang tuanya. Hidupnya sehari-hari
hanya mengolah tanah pertanian peninggalan orang tuanya selain mencari
ranting-ranting pohon di hutan. Ranting-ranting pohon tersebut ia kumpulkan
lalu diikat dan disimpan dengan baik di bawah kolom rumah panggungnya yang
sudah mulai lapuk di makan usia.Sebagian kayu bakar itu di jual ke pasar untuk
memenuhi keperluan sehari-hari.
Dari hasil jerih
payahnya mengumpulkan kayu bakar itu, maka ia mampu menghidupi dirinya sendiri
tanpa meminta kepada orang lain. Apalagi dikampung ini jarak antara rumah penduduk agak
berjauhan. Jadi, untuk meminta pertolongan tetangga jika dia butuh sesuatu agak
jauh, maka pintar-pintarnya I Cenna untuk mengatur kebutuhan hidupnya.
Untuk menghilangkan
kejenuhan akibat tinggal sendiri, maka I Cenna pun menyibukkan diri dengan
menenung sarung sutra atau lipa sabbe khas Sulawesi selatan.Hasil tenunan itu
juga di jual di pasar untuk memenuhi kebutuhannya.
Suatu hari I Cenna
pagi-pagi sekali berangkat ke hutan untuk mencari kayu bakar. Pada saat lagi
asyik-asyiknya memungut ranting-ranting pohon tiba-tiba tercium aroma harum
semerbak dari balik semak-semak.’’ada apa gerangan ini,di dalam hutan yang sepi
ini tercium aroma wangi?’’ I Cenna berbisik sendiri.’’jangan-jangan ada orang
yang mengikuti aku,’’kata I Cenna.
Tanpa pikir panjang
lagi ia menghampiri semak-semak yang
tercium aroma wangi wangian. Alangkah kagetnya
I Cenna karena tak ada orang dari balik semak semak itu,yang terlihat
hanya sebatang tumbuhan berdaun kecil.
Karena penasaran , I Cenna memetik daun dari pohon aneh yang belum pernah
dilihatnya selama ini.Daun yang dipetik didekatkan di hidungnya selama ini.Daun
yang dipetik didekatkan di hidungnya. I Cenna berkata,”Cah…..Wanginnaiye daungnge !” (Cah…
wanginya daun ini !), maka dicabutlah akar tanaman wangi itu utnuk ditanam
di halaman rumahnya. Ia merawat tanaman baru itu sehingga berkembang biak
menjadi banyak. Tanaman ini dikonsumsi sendiri oleh I Cenna sebagai campuran
sambal cabe tanpa diketahui oleh tetangga.
Setiap hari I Cenna
mengonsumsi tanaman ini sehingga membuat aroma badannya harum mewangi dan
wajahnya tampak cantik, padahal Selama ini I Cenna hanya gadis desa biasa
dengan penampilan dekil dan bau panas matahari selalu melekat di tubuhnya
setiap pulang kerja dari ladang.Sejak mengonsumsi tanaman harum itu, bau badan
I Cenna tercium aroma semerbak walaupun ia kerja disawah seharian dengan
keringat bercucuran.
Warga desa pun
terkejut melihat penampilan I Cenna yang lain daripada biasanya, sehingga
pemuda-pemuda di desa itu menaruh hati kepada I Cenna. Ia menjadi rebutan
pemuda desa karena terpesona dengan bau badan dan kecantikannya, sehingga
membuat iri gadis desa lainnya ‘’Makai pelet apa ya I Cenna,sehingga bisa
cantik dan wangi seperti itu?’’ gossip gadis-gadis desa yang kalah bersaing
dengan I Cenna dalam memperebutkan pemuda desa.
I sakka dan dua orang
temannya I Minnong dan I santi yang merasa iri sama penampilan I Cenna ingin
mencari tahu jampi pelet apa yang dipakai oleh I Cenna, maka tengah malam
mereka bertiga mengendap-endap di bawah kolom rumah I Cenna. Namun, mereka
tidak menemukan apa-apa kecualu tercim bau harum di seluruh penjuru rumah.
“Bau apa ini ?” kata
I Sakka,
“Nda tahu ini bau
apa,”jawab I santi,
“Jangan-jangan bau
ini berasal dari pekarangan rumah belakang,”Kata I Minnong.
“Ayo kita lihat ada
apa di belakang sana,”ajak I Sakka.
Sesampainya di
pekarangan belakang dilihatnya tanaman berdaun kecil yang mengeluarkan aroma
harum itu berjejer rapi di belakang rumah I Cenna, jangan-jangan tanaman ini
yang menjadi pelet I Cenna. Di ciumnya serantak ketiga gadis itu berkata,
“Cah…wanginna iye daunnge!”(Cah…wanginya
daun ini).”Bagaimana kalau kita bakar saja tanaman ini biar I Cenna tidak
wangi lagi,”ajak I Sakka. Maka di bakarlah tanaman harum itu hingga mati dan
tak tersisa sedikit pun ia biarkan hidup.
Keesokan harinya, I
Cenna bangun pagi dan hendak menyiram tanaman harum yang ia tanam di belakang
rumah. Alangkah terkejutnya I Cenna karena menemukan tanaman kesayangannya mati
durusak orang.
“Ya Allah, siapa yang
melakukan perbuatan terkutuk ini hingga semua tanamanku mati,”kata I Cenna
emosi. Setelah melihat tanamannya mati I Cenna pun bersedih dan menangis
sejadi-jadinya.”Tega benar orang yang merusak tanamanku ini,”kata I Cenna
sambil terisak-isak. Hampir seminggu I Cenna tidak keluar bekerja ke ladang dan
ke hutan mencari kayu bakar karena kejadian ini.
Suatu hari I Cenna
sudah kembali bekerja dan seperti biasa ia ke pasar untuk menjual kayu bakar,
tapi tiba-tiba di tengah perjalanan dekat tebing curam ia berpapasan dengan tiga
gadois yang beberapa hari lalu merusak tanamannya.
“Ce…ce…gadis cantik
lewat sepertinya peletnya sudah nda ampuh lagi. Soalnya tubuhnya nda wangi
lagi,” ledek I Sakka yang sangat membenci I Cenna.
”Apa pedulinya kalian
sama aku!” bentak I Cenna menahan emosi.
“Nda ada sih, Cuma
sayang aja pelet yang kamu pakai buat ngegaet cowok-cowok di desa ini kayaknya
sudah nda manjur lagi. Soalnya tanaman peletnya sudah mati,sih!” ledek I
Minnong.
“Oh…. rupanya kalian
ya, pelakunya yang merusak tanamanku tempo hari,”kata I Cenna emosi.”Kalau iya
emang kenapa,”jawab I santi.
“Memangnya saya
pernah menyakiti kalian sehingga merusak tanamanku,”kata I Cenna.”Kamu memang
menyakiti kami, berkat kecantikan dan aroma wangi tubuhmu cowok-cowok di desa
ini sudah tidak ada lagi yang mau sama kami,”kata I Sakka.
“Jadi, kalian
cemburu, ya karena kalian tidak laku-laku,”kata I Cenna.
“Enak saja, bilang
kami tidak laku-laku, sorry-sorry layau,”kata I Sakka sambil mendorong tubuh I
Cenna.
I Cenna pun mengelak
dan menangkis dorongan I Sakka
“Ayo! Siapa
takut,”tantang I Cenna. Mereka pun berantem dan ia di keroyok oleh tiga gadis
itu.Mereka saling tarik rambut hingga I Cenna terdesak. Tubuhnya terempas
kemudian terjatuh ke dalam jurang karena didorong keras oleh I Sakka.
Mengetahui I Cenna
tewas karena terjatuh ke dalam jurang, maka ketiga gadis itupun merasa panik
dan bermaksud menghilangkan jejak.
“Gimana, ia tewas
terjatuh ke jurang.”kata I Santi.
“Gara-gara kamu yang
dorong dia masuk ke jurang.”kata I Minnong menyalahkan I Sakka.
“Oh, jadi kamu
salahkan aku,kita bertiga ikut terlibat tahu.” Kata I Sakka membela diri.
“Alaah, nda usah
bertengkar. Kita tinggalkan aja tempat ini agar nda dicurigai warga desa bahwa
kita yangtelah membunuh I Cenna.’lerai I Santi.
Mereka pun pergi
meninggalkan tempat I Cenna terjatuh ke jurang.
Dua hari kemudian
jazad I Cenna ditemukan oleh seorang wanita yang kebetulan lewat di dasar
jurang sepulang dari mencari kayu bakar dihutan. Ia penasaran dengan aroma bau
bangkai yang tercium di sekitar lokasi mayat I Cenna.
“Astaga, ada mayat.”
Teriak wanita itu panik. Ia pun berlari memberi tahu warga desa bahwa ia telah
menemukan mayat.
“Pak! Pak! A…a…ada
mayat, pak di dasar jurang sana,” teriak wanita itu tergagap-gagap pada
sekelompok warga desa. Mendengar teriakan wanita itu,warga desa pun saling
berlarian menuju lokasi penemuan mayat didasar jurang.
“Astagafirullah! Ini
I Cenna yang tinggal dipinggiran hutan sana,” teriak salah satu warga yang
kebetulan mengenal I Cenna.”Mari bapak-bapak dan ibu-ibu kita kuburkan mayat
wanita ini secara gotong royong,” ajak salah seorang tokoh adat didesa itu.
Warga desa menggotong mayat I Cenna beramai-ramai dan menguburkannya secara
islami di perkuburan desa. Setelah I Cenna dikuburkan, keajaiban terjadi di
makamnya,karena hampir setiap malam tercium aroma harum semerbak keluar dari
makamnya.
Konon, tanaman harum
itu muncul dan tumbuh subur di makam I Cenna yang mengeluarkan aroma wewangian.
Warga desa yang kebetuloan lewat di pemakamannya itu selalu menyempatkan diri
memetik daun itu dan menciumnya, kemudian berkata “Cah… wanginnalyedaungnge!”(Cah,wanginya daun ini).
Dari kata-kata itulah
maka tanaman kecil tersebut dinamakan daun cawangi oleh penduduk desa atau daun
cemangi yang di ucapkan menurut dialek
Bahasa Bugis;singkatan dari kata Cenna
Memang Wangi. Setelah itu nama daun cemangi diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia
menjadi daun kemangi.
**************
Pangkajene, Sidrap, Sulsel, 2011
3 komentar:
saya bingung ini teh kerangangan atau sejarahnya emang begitu ...?
oh maaf tadi dongengnya ndk muncul jadi saya ndk tau...
Bagusnya dongengnya , anda cocok jadi penulis cerpen teruskan perjuanganmu semoga sukses bah
Posting Komentar